Rianda berjalan pelan dan penuh hati-hati. Jalanan basah habis diguyur hujan semalaman. Tidak hanya jalan yang basah. Sementara itu air juga mengucur deras dari tubuh Rianda. Pakaiannya basah. Untuk sampai menuju sekolah Rianda harus menapaki jalan yang mendaki. Tanjakan demi tanjakan ia titi dan sesekali beristirahat mengambil nafas sebelum lanjut sampai tujuan. Rianda bertugas di Sekolah Dasar Inpres Air Garam, Distrik Asotipo. Letak sekolah berada di atas perbukitan Kampung Air Garam. Dari kaki bukit menuju sekolah menempuh waktu ± 60 menit. Biar jauh sungguh jalan yang dilalui setiap hari oleh Rianda untuk sampai sekolah tak sedikitpun ia mengeluh.
“Pagi pak guru,” sapa seorang mama kepada Rianda yang berpapasan di jalan. Belum sempat Rianda membalas sapaan, mama tadi menyodorkan pisang ke Rianda. “Ini ada pisang buat pak guru. Ko ambil sudah.”
“Waa…Waa…Waa…Waa, terima kasih mama,” balas Rianda tersenyum bahagia. Seketika lelahnya hilang mendapat perhatian dari seorang warga. Kejadian tersebut pemandangan yang sangat sering dijumpai di tanah Baliem.
Sampai di sekolah Rianda sudah dinanti oleh siswanya. Anak-anak tampak berkerumun di halaman sekolah. Satu sama lain mereka bercanda riang dengan noken yang disandangnya baik di bahu atau di atas kepala.
Cuaca pagi saat itu kurang cerah. Kabut tebal masih menyelimuti perbukitan. Terlihat cahaya matahari sulit menembus dinding kabut. Pada ujung dedaunan masih tampak basah menggantung air.
Biarpun cahaya di luar sedikit gelap tapi cahaya anak-anak harus bersinar. Bagi Rianda matahari tak hanya di luar letaknya akan tetapi juga di dalam. Kitalah yang mengatur sinar cahaya matahari di dalam diri itu sendiri.
“Selamat pagi,” sapa Rianda mengawali pertemuan dalam kelas.
“Selalu semangat pagi,” teriak siswa kompak dengan gerakan mengangkat tangan kanan ke arah atas.
Untuk menambah semangat sebelum belajar Rianda mengajak siswanya bernyanyi bersama-sama.
Satu dua, tiga empat
lima enam, tujuh delapan
siapa rajin ke sekolah
cari ilmu sampai dapat
sungguh senang
amat senang
bangun pagi-pagi ke sekolah (2X)
Anak-anak terlihat begitu riang bernyanyi bersama-sama. Rianda setelah itu mengajak seluruh siswanya untuk berkumpul di halaman sekolah. Rianda sengaja memilih hari itu belajar di luar ruangan. Fokus Rianda kepada siswanya masih seputaran literasi dasar; membaca, menulis, dan berhitung.
Tampak di luar anak-anak duduk rapi dan di depan mereka ada pak guru Rianda mengajari mereka. Hembusan angin perbukitan menambah sejuk suasana pembelajaran. Cicit anak burung di pepohonan lambat-lambat redup kalah dengan suara anak-anak yang berteriak “Aa..Bb..Cc..Dd…….Zz;” dan “Ba…Bi…Bu..Be…Bo.” Di bawah naungan pepohonan Kasuari membuat teduh anak-anak belajar. Namun sesungguhnya bagi anak-anak teduh itu adalah guru mereka; Pak Guru Rianda. Rianda yang meneduhi siswanya dengan keihklasan berbagi; keihkhlasan peduli.
Pekanbaru, 01 Juni 2018
Sumber gambar: Marsidi