Senja di Rusunawa PPG UNY Wates


Semburat merah saga bergradasi dibalik gulungan cumulus. Sinaran senja terpantul di jendela-jendela bangunan asrama. Angin lembah mulai turun menggusur hawa panas. Burung-burung mulai kembali ke peraduan. Pandanganku mengarah ke utara, memandang lapangan bola, ladang pertanian dan perbukitan Menoreh di batas cakrawala.

Tidak terasa, 26 tahun sudah kutapaki hidup. Bak asteroid yang melayang-layang diantara Mars dan Yupiter, aku tak tahu kelak akan terbawa kemana nasibku esok kelak. Apakah tetap terombang-ambing dan bertubrukan dengan planetoid, atau berdarah menembus perlapisan-perlapisan atmosfer hingga akhirnya mendarat di Lautan Raja Ampat dan akhirnya merasakan sepenggal firdaus disana.

Terlahir dari ayah dan ibu yang berprofesi sebagai guru, tidak menjadikanku berminat mengikuti jejak mereka. Saat Orde Baru, kehidupan seorang guru pas-pasan saja. Bahkan gajinya lebih kecil dari gaji buruh pabrik di kota besar. Barulah setelah Gus Dur bertahta, kesejahteraan guru meningkat. Kehidupan guru tidak lagi walayamutu walayahya. Meski demikian, niat mengikuti jejak orangtuaku tiada terbersit juga. Apalagi aku bersekolah di SMA favorit, dimana kampus-kampus nomor wahid semacam UI, UGM, dan ITB adalah patokan kesuksesan.

Saat kelas 3 SMA, nasib mengantarkanku masuk UNY tanpa tes. Skenario yang Tuhan berikan sangat indah dan kadang terkesan aneh. Pada suatu waktu, di semester 2 kelas 3, tidak biasanya aku dolan ke BK. Berniat mencari sebanyak-banyaknya pamflet atau apapun informasi tentang kampus. Iseng-iseng aku mengambil buku panduan seleksi Penelusuran Bibit Unggul (PBU) UNY yang tergeletak di atas meja tamu BK. Tanpa sengaja mataku tertuju pada Pendidikan Geografi UNY. Seketika itu pula ada bunyi klik dan deg bersamaan dalam hati dan otakku. Semacam jatuh cinta dalam satu kali tatapan. Tanpa sadar, aku mengatakan pada diriku sendiri, aku akan kuliah di jurusan itu, Pendidikan Geografi FISE UNY.

Pada awalnya aku tidak yakin bisa masuk tanpa tes karena pernah ranking 40 dari 40 siswa saat aku duduk kelas 2. Saat kelas 2 aku insyaf bahwasanya aku salah masuk jurusan. Aku masuk IPA karena semua karibku memilih IPA, sedangkan dalam kenyataannya IPS lebih menarik bagiku. Akhirnya aku ogah-ogahan sekolah saat kelas 2. Kelas 3 aku bertobat dan giat belajar karena takut tidak lulus UN. Kepesimisanku tidak terbukti, aku diterima di UNY tanpa tes. Dari 9 yang mengajukan, 3 lolos, salah satunya aku. Alhamdulillah.

Saat kuliah aku memiliki cita-cita yang mungkin terdengar lucu dan ndeso. Aku ingin naik pesawat untuk pertamakalinya gratis dan mengunjungi luar negeri tanpa passport. 5 tahun kujalani tidak juga tercapai keinginanku yang aneh itu. Lomba dan kegiatan yang kuikuti hanya mentok di skala regional, tidak ada yang menembus luar pulau apalagi luar negeri. Tapi syukurlah adik-adik yang kubina ternyata bisa berjaya.

Selepas kuliah, ada rasa tergesa menggenapkan separuh agama. Tetapi Tuhan belum mengirimkan sinyalnya kembali, tidak ada bunyi klik yang kurasa. Lebih baik kutunda saja daripada hanya terburu nafsu bukan cinta. Selang tiada lama, bunyi klik itu datang saat pendaftaran SM3T. Jiwa petualangan kombatan geografi tiba-tiba muncul. Ketidakpastian nasib menjadi guru swasta ataupun guru honorer menambah kuat keinginan mendaftar. Bonus PPG untuk mendapatkan sertifikat pendidik semakin memantapkan hati.

Gayung bersambut, aku lolos SM3T dan ditempatkan ke negeri antah berantah yang bernama Malinau. Doa dan keinginan yang kuulang-ulang kulafadzkan ternyata diserap ke langit tetapi ditahan disana begitu lama. Ketika sudah waktunya, jawaban doa dan pengharapan itu dimuntahkan secara bersamaan kembali ke bumi. Tidak tanggung-tanggung, aku ditempatkan di pedalaman di tengah lebat rimba Kalimantan. Tempat itu bernama Long Ampung. 4 x berganti pesawat-dari Garuda sampai pesawat Perintis-untuk mencapainya. Disana pula aku wara-wiri ke Malaysia tanpa passport.

Di Long Ampung, wawasanku tentang keanekaragaman Indonesia terbuka. Sungguh kayalah adat budaya negeri kita tercinta. Disana pula aku merasakan kehidupan yang benar-benar tenang, merasakan penyatuan dengan alam. Hiruk pikuk politik dan keributan di ibukota tidak lagi terdengar. Damai, tenang, dan nyaman. Rasa ngeri dan takut yang semula muncul ternyata berubah menjadi rasa rindu. Setahun mengabdi yang tidak akan terlupa, terkenang selamanya. Karena SM3T, aku bisa mewujudkan cita-cita aneh yang kupendam 6 tahun sebelumnya, ditambah lagi dengan petualangan yang mengagumkan. Tuhan adalah sebaik-baik perencana.

Aku masih tidak tahu perputaran nasib setalah PPG membawaku kemana lagi. Apakah kembali terdampar di negeri lain atau diangkat jadi hulubalang negara. Aku tidak tahu pula dimana tulang rusuk yang bisa klik menyambung ke tulangku ditemukan. Apakah tertinggal di Kalimantan, berdiam di dekat rumah, atau malah sekarang ia menanti di rusunawa sebelah. Yang jelas dan pasti, kewajiban kita sebagai manusia hanyalah berusaha sekeras-kerasnya dan berdoa segiat-giatnya. Insya Allah usaha dan doa kita akan dijawab oleh Langit pada waktunya.

Di sini, di rusunawa ini, salah satu mozaik hidupku sedang kususun. Dibersamai rekan-rekan seperjuangan yang keren nan luar biasa. Kawah candradimuka tempat menempa para guru-guru terbaik di republik ini. Aku sangat bangga bisa bertemu dengan kalian semua, para jagoan pendidikan dari penjuru Nusantara.

Dari lantai 3 masih kutatap tanah lapang. Bersyukur kepada Tuhan semesta alam bahwa diriku masih diberi kesehatan, orangtua yang sehat serta kelapangan hidup. Bersyukur terhadap segala nikmat yang telah diberikan. Berharap dengan berkurangnya umur ini, diriku lebih baik lagi. Jika ada nasehat yang baik, maka berikanlah, pasti akan kuterima dengan tangan terbuka. jika ada khilaf dan salah kata kepada rekanku semua, mohon untuk dimaafkan. Marilah kita saling mengingatkan dalam kebaikan.

Wates, menjelang senja, dikelilingi para sahabat yang luar biasa

(Dikunjungi : 108 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
0
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
0
Sangat Suka

Komentar Anda

Share