“Meskipun kehadiran kita hanya satu tahun; sifatnya temporer mari kita berikan semaksimal mungkin untuk pendidikan di Jayawiya ini! Saya yakin sifat temporer tadi akan menjadi permanen di hati siswa juga masyarakat. Sebab kita (SM-3T) adalah sekutu pendidikan di Jayawijaya!!!”
Omongon Rianda masih jelas terngiang di telingaku. Kata-kata yang diucapkannya menjadi semangat bagiku juga teman-teman lainnya. Memang satu tahun bukanlah waktu yang lama, namun satu tahun menjadi pembuktian bagi kami untuk belajar berbagi dan terus belajar menempa diri. Bahkan aku masih ingat apa yang Rianda ucapkan sebelum menutup rapat.
“Nilai seorang manusia terletak pada apa yang ia berikan, bukan pada apa yang ia terima.”
Sungguh Rianda mampu membangkitkan semangat kami semua, dan hal tersebut terlalu manis untuk dilupakan. Tetiba lamunanku terhenti. Ada suara memanggilku.
“Ratna…Ratna…Ratna.”
Aku kenal suaranya. Itu suara Sosmi. “Ya… Aku di sini Sosmi. Ada apakah?” sahutku.
“Oh disitu engkau rupanya Na. Syukurlah tak payah ku mencari. Aku ingin beritahu kabar bahwa Koordinator kita saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena.”
“Rianda di RS? Kapan ia dibawa ke RS? Kenapa aku tidak tahu padahal kita semua masih di sini,” aku memburu dan masih bertanya “sakit apakah Rianda?”
“Sabar Na, sabar. Belum jelas juga bagiku ia sakit apa. Tapi aku diinformasikan bahwa Rianda pingsan saat berjalan keluar bersama Rahmad. Mereka berdua tadinya hendak ke kantor Bupati untuk bertemu Pak Jhon Wempi Wetipo guna menanyakan status kapan kembalinya kita ke sekolah masing-masing. Akibat kejadian penembakan lalu kita masih belum diizinkan kembali ke sekolah untuk mengajar. Sebab itu Rianda bermaksud ke kantor Bupati. Belum sampai di tujuan Rianda mendadak roboh. Rahmad bersamanya tadi langsung membawa ke RS dengan bantuan masyarakat di sekitar,” terang Sosmi. “Ada baiknya kita langsung menjenguknya ke RS,” ajak Sosmi.
Semua teman-teman langsung bepergian menuju RSUD Wamena tempat Rianda di rawat.
Setiba di lokasi terlihat kondisi Rianda dalam keadaan lemah. Rianda sedang dalam keadaan duduk sembari menahan rasa sakit. Tampak sesuap nasipun tak sanggup ia masukan dalam mulutnya. Melihat hal tersebut membuat Ratna sedih.
“Rianda sakit typus. Akibat kelelahan dan kurang memperhatikan makan sehingga berakibat typus dideritanya. Saya sarankan Rianda dirawat dua hingga tiga hari ke depan untuk memulihkan keadaan,” ucap dokter “dan juga saya minta dua orang untuk berjaga membantu dan menemani Rianda selama dirawat,” sambungnya.
“Saya bersedia dokter,” sahut Ratna.
Mendengar kesediaan Ratna mengajukan diri secara spontan membuat Rianda tergugah.
“Oke. Masih kurang satu orang lagi,” jawab dokter “silakan dikomunikasikan ke teman-teman sisa satunya lagi.”
Tidak hanya fisik Rianda yang roboh namun juga hatinya. Usai dokter meninggalkan ruangan diam-diam Rianda menaruh hati juga pada Ratna.
Pekanbaru, 28 Mei 2018