Selalu dalam perkataan Rianda kepada siswanya adalah mengedepankan kedisiplinan. Sesuainya kata dengan perbuatan. Masalah yang dihadapi Rianda adalah seringnya siswa datang terlambat ke sekolah. Rianda selalu mengingatkan agar siswanya hadir tepat waktu. Membuat siswa paham akan maksud Rianda tersebut, ia melakukan kebijakan bahwa setiap siswa yang datang terlambat akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberikan berupa membersihkan halaman sekolah dan menuliskan empat lembar halaman buku dengan kalimat “saya berjanji akan datang tepat waktu ke sekolah.” Biar sangsi seperti itu juga bagus menurut Rianda untuk berlatih siswa agar menulis lebih. Namun sebelum menjalankan sangsi tersebut, terlebih dahulu Rianda selalu mencontohkan kepada dirinya untuk hadir tepat waktu ke sekolah. Rianda berprinsip bahwa perubahan dimulai dari dirinya sendiri. Apabila itu dapat dilakukan niscaya siswa SD Inpres Air Garam akan mencontoh dirinya.
Fajar sudah menyingsing. Cahaya merambat lurus masuk ke bilik Rianda. Jam menunjukkan pukul 07:30 WIT dan Rianda masih belum terjaga hingga suara alarm membangunkannya dari tidur. “Sial, aku terlambat,” umpat Rianda bergegas bersiap-siap.
Rianda berjalan menuju sekolah dan setibanya di sekolah hal pertama yang dilihat adalah jam yang melingkar pada pergelangan tangan kanannya sudah menunjukkan pukul 08:50 WIT. Rianda langsung masuk ke ruang kelas VI. Ada kejadian luar biasa saat itu dipandangan Rianda. Dia melihat dengan tak percaya seluruh siswa kelas VI hadir semua. Kejadian luar biasa juga didapati oleh siswa Rianda. Anak-anak melihat gurunya datang terlambat. Tak biasanya mereka mendapati gurunya datang terlambat seperti itu. Rianda selalu hadir tepat waktu dalam ingatan seluruh siswa SD Inpres Air Garam.
Hari itu Rianda terlambat jaga karena malamnya ia kedatangan tamu. Saking lupa waktu sang tamu yang merupakan warga setempat terus mengobrol dengan Rianda yang malam itu sebenarnya sudah ingin tidur. Apa boleh buat Rianda terus meladeni obrolan malam bersama warga dengan ditemani kopi dan hipere goreng menambah hangat obrolan mereka.
“Selamat pagi anak-anak,” ucap Rianda terasa sesak akibat tergesa-gesa berjalan menuju sekolah.
“Pagi pak guru,” balas siswa secara serentak.
“Maaf pak guru datang terlambat, sekarang kita mulai pelajaran. Semua ambil dan buka buku,” perintah Rianda memulai pelajaran.
“Tra mau pak guru,” teriak seluruh siswa.
“Ko semua ada apa? Su mulai malas belajarkah,” tanya Rianda keheranan.
“Ah tidak tok pak guru. Kita mau belajar” jawab Yudas Hilapok.
“ Terus kalo mau belajar, tadi kenapa semua bilang tidak?” Rianda kembali mencoba bertanya.
“Ko lupa kah pak guru?” ganti tanya Yeskiel Meaga terdengar bersuara di belakang kelas, “kemarin kitorang ada datang telat kami dapat sangsi toh? Ko ada suruh kami bersih halaman sekolah baru boleh masuk kelas kembali, sudah itu ko juga ada kasih kami tugas catat di buku “saya berjanji akan datang ke sekolah tepat waktu.”
Rianda geger dengan ucapan Yeskiel tersebut. Rianda sadar bahwa ia terlambat dan layak diberikan sangsi oleh siswanya. Anak-anak belum mau memulai belajar jika Rianda tidak menjalankan sangsinya.
“Oh iyo pak guru lupa, maaf. Sekarang baru ingat,” jawab Rianda terseyum “kalo begitu kalian semua keluar kelas dan dorang lihat pak guru kasih bersih halaman sekolah eee,” sambung Rianda yakinkan anak-anak bahwa ia akan menjalankan sangsi yang disepakati.
Jadilah pagi itu Rianda memegang sapu dan tong sampah untuk membersihkan halaman sekolah. Anak-anak melihat bapak guru mereka cekatan menyapu dan memasukkan sampah pada tong sampah yang dipegang Rianda. Rianda terlihat ikhlas menerima sangsi tersebut sebab meskipun ia tidak dapat memberikan pelajaran seperti biasanya di depan kelas kepada anak-anak, namun kali ini Rianda juga tetap memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa guru itu ditiru semua laku; baik perbuatan dan perkataan.
Hari itu adalah pengalaman luar biasa bagi Rianda. Ia merasai bahwa ia telah dikencingi oleh siswa-siswanya. Seketika itu ia juga ingat pepatah tua “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.”
Pekanbaru, 20 November 2018