Ada yang menghunjam terlampau dalam
Menjelma akar pada barisan kenang
Dan kerap ingin kuperbincangkan
Pengabdian di pelosok
Menjadikan kita berada pada satu gugusan mimpi
terekam dalam baris-baris melodi
Maju bersama mencerdaskan Indonesia
Kita tertawa dan tersedu bersama
Ngiang canda bermunculan di celah jendela
berbisik pula sendu dari balik pintu
April menghujan
Teriakan lantang penuh rindu
Berdesir di lantai satu hingga rooftop
Makan, Katrol, senam, miss angola, finger, ayus, latihan, pangeran Rachman, absen, antri mandi,
Serta canda tawa di akhir senja
Hitam putih kehidupan
Layaknya pakaian seragam
Mengisi ruang 17 lantai
Mempersiapkan perangkat peerteaching
Aroma kopi sebagai benteng pertahanan
namun jatuh tergeletak tak berdaya jua di sudut kelas
Hampir tewas menggemaskan
Dibangunkan oleh mimpi dari senyuman uga yang mempesona
Takdir begitu angkuh
memaksa impian tertunda
Memisahkan kita yang sedang merangkak
Tak ada yang berlari sendirian
Perjuangan pun nyatanya belum usai
Tangis harus dibasuh
Ragu meski kita bunuh
Tuhan mengabulkan segala doa
Sebab di garis akhir kita akan saling sambut
Saudaraku…
Asrama menjadi saksi
Harapan ialah bukti
Kenangan telah prasasti
Saling erat menggenggam
Tuk saling menguatkan
Kehadiranmu, kehadiranku, kehadiran kita
ialah rindu yang harus dibayar tuntas dengan lulus 100%
Puisi Berantai, karya Sri Wahyuni, Hendra Hermawan, dan Zulfadli Yusuf