Sekolah Dasar (SD) Niniki memiliki wajah baru. Perpustakaan sekolah kembali berfungsi sebagaimana fungsi awalnya. Ibu guru Ratna ditunjuk menjadi penanggung jawab pengelola pustaka oleh Bapak Kepala. Tampaknya ibu guru Ratna menyukai tugas baru tersebut. Hari-hari selepas bel istirahat berbunyi ibu guru Ratna bergegas menuju ruang pustaka sekolah untuk membuka dan memberikan kesempatan siswa masuk dengan harapan mereka memegangi buku juga membacanya. Itulah sedikit kesibukan ibu guru Ratna dalam kesehariannya di SD Niniki. Kehadirannya menambah kesan bahwa jalan sebagai guru tak hanya memberi pelajaran saja. Kehadiran perlu membawa perubahan. Sepanjang perubahan itu memberikan nilai kebaikan pada lingkungan, maka Ibu guru Ratna tanpa lelah akan terus berbuat.
Tingggg….Tingggg….Tingggg….Tingggg (bunyi lonceng ditookii). Bel istirahat kembali berbunyi nyaring. Menandai habisnya waktu istirahat sekolah. Siswa kembali masuk ruang kelas. Ibu guru Ratna segera merapikan buku-buku bacaan dan meletakkan kembali buku tersebut pada tempatnya. Setelah beres ibu guru Ratna mengunci ruang pustaka dan kembali masuk ke ruang kelas untuk memberikan pelajaran. Oh iya, kali ini ada dongeng untuk kelas tiga.
“Selamat siang semuanya,” sapa ibu guru Ratna.
“Selamat siang ibu guru,” sambut seluruh siswa dengan semangat.
“Ibu guru akan bercerita dongeng. Harap semua tenang dan dengar baik. Kalian semua pasang telinga!” perintah ibu Ratna.
Kisah pun dimulai. Ibu guru Ratna menceritakan kisah tentang “dialog babi” di depan kelas. Siswa tampak bersikap serius mendengarkan. Sedang asyik mengisahkan dongeng, konsentrasi ibu guru Ratna tetiba mulai terganggu pada bunyi-bunyian. Sayup-sayup kedengaran bunyi kecil seperti tarikan yang terdengar saling bersahutan. Setiap sebentar bunyi “SRUPP” pindah dari sisi kiri, “SRUPP” bunyi merambat ke sisi kanan, dan akhirnya bunyi “SRUPP” merata seluruh ruangan. Ibu guru Ratna memperhatikan setiap terdengar bunyi seperti itu siswa selalu melakukan gerakan mengelap hidung dengan tangan mereka. Sampai akhirnya selesai mendongeng, ibu guru Ratna paham bahwa bunyi “SRUPP” yang menggangu konsentrasinya tadi adalah ingus.
“Dani Hubi, Dois Hukago, dan Isak Hilapok kalian bertiga sekarang pergi ke WC dan bawa ember berisi air kemudian taruh di luar kelas!”
Ibu guru saat itu juga pergi meninggalkan kelas dan menuju rumahnya untuk mengambil peralatan kebersihan diri (handuk dan sabun cuci tangan). Sekembalinya dari rumah segera ibu guru Ratna memerintahkan semua siswa keluar ruangan untuk berbaris di luar kelas. Tampak ember berisi air juga sudah terletak di luar kelas.
“Ada yang tahu kenapa ibu guru menyuruh kalian semua berbaris di luar kelas?”
“Tra tahu bu guru”
“Ibu akan suruh kalian buang pu ingus di dalam hidung. Bersih itu perlu; sekarang perhatikan bagaimana cara ibu guru membersihkan ingus!”
Ritual kebersihan dimulai. Simulasi dilakukan. Mula-mula Ibu guru menjepit hidungnya sembari mendenguskan udara keluar dari hidung. Setelah dirasa ingus dari dalam hidung keluar tahap selanjutnya membasuh sekitaran wajah terutama hidung agar bersih. Tahapan akhir tangan dibilas dengan sabun dan keringkan wajah serta tangan menggunakan handuk.
Memang hampir seluruh siswa SD Niniki belum memiliki kesadaran kebersihan diri. Hal tersebut tampak dari ingus yang mengalir dari hidung siswa dan membekas (berkerak) di sekitaran wajah. Sadar akan hal itu mengganggu dalam kegiatan belajar, ibu guru Ratna segera melakukan aksi operasi kebersihan. Operasi itu dikenal sebagai “Operasi Pembersihan SRUUPP”
Kini seluruh iswa SD Niniki memiliki kegiatan tambahan sebelum masuk ruangan kelas memulai pelajaran, yakni membuang ingus. Tidak hanya saat memulai pelajaran, tapi setiap saat.
Semangat ibu guru Ratna membawa perubahan memang patut dicontoh. Ibu guru tra kosong.
Pekanbaru, 6 April 2018
sumber photo: Fauzan