Menilik Hari Sumpah Pemuda “Berikrar atau Ingkar”


Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia
Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia
Berbahasa Satu,  Bahasa Indonesia

28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Ikrar ini menjadi pemantik semangat dalam menegakkan tonggak pergerakan. Bukan kepalan tangan semata, namun ikrar itu pun telah tersematkan pada ujung tombak juang melawan koloni.

Sumpah pemuda adalah sebuah factum unionis atau akta lahir dari definisi bangsa berikut dengan geopolitiknya (tanah air Indonesia) dan identitas nasional (bahasa Indonesia). Dari catatan sejarah sejak pencetusan ikrar Sumpah Pemuda, selain memiliki makna historis juga secara filosofis memiliki makna semangat perjuangan yang membumbung tinggi, dedikasi untuk persatuan dan kesatuan bangsa yang multikulutural dengan membawa nafas nasionalisme.

89 tahun berlalu sumpah itu terikrarkan, lalu bagamana maknanya bagi pemuda masa kini? Pemuda masa kini telah kehilangan dirinya, mulai ingkar dengan bereuforia bersama bau kebaruan yang diciptakannya, senang berjubah primordial dengan membawa nama suku, agama dan rasnya. Bukankah KITA INDONESIA yang bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu “INDONESIA”.

Ibu pertiwi janganlah bersedih melihatnya, karena masih ada muda-mudi yang tak khianat. Merekalah Guru Garis Depan, guru muda yang tak ingkar dari ikrarnya.

Maju tak gentar membela yang tertinggal. Ribuan muda-mudi telah menempuh jalan sunyi, menembus belantara dengan pena pengabdian dan mengabadikan dirinya melalui goresan karya untuk melukis harapan anak negeri. Kehadirannya menjadi agent perubahan, menyatu dan bertemali bersama masyarakat dengan membawa misi “Mengedukasi Anak Negeri” di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Guru Garis Depan 2016 yang tersebar di 93 kabupaten akan menjadi perekat kebhinnekaan dan penggiat pendidikan di daerah terdepan, terluar dan tertinggal Indonesia.

Menjadi benteng kekuatan di wilayah terdepan dan terluar dan membongkar isolasi ketertinggalan di pelosok terpencil dengan pisau pendidikan tentunya Guru Garis Depan akan mampu menempatkan kembali makna sumpah pemuda pada dudukan semangatnya.

Dengan menilik semangat ikrar Sumpah Pemuda, merugilah negeri ini di kala masih ada guru muda Guru Garis Depan yang masih berdiam tanpa perintah. Semangatnya akan membeku, karyanya tertahan, suaranya terdiam padahal di pelosok sana mereka dinantikan. Tak perlu ragu pada sosok si guru muda, dukungan besar mereka harapkan untuk mewujudkan ikrarnya. Di saat amanah disisipkan di pundaknya mereka tak akan ingkar, atas seizin Tuhan mereka akan menjadi  guru pembaharu di daerah.

(Dikunjungi : 230 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
1
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
2
Sangat Suka

Komentar Anda

Share