Guru. Apa sih guru itu? UU No 14 Tahun 2005 mengatakan, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Banyak dan berat tugas guru tersebut. Lantas masih mau jadi guru? Kebanyakan guru itu bukan guru lho.
Bila dirujuk dari UU No 14 Tahun 2005 salah satu tugas pokok dan fungsi guru adalah mendidik dan mengajar. Namun tidak hanya mengajar saja, guru juga dituntut dalam belajar. Karena sejatinya mengajar itu belajar.
Belajar seperti apa lagi? Tidakkah cukup belajar semasa di bangku kuliah dulu hingga mendapat gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd). Jika berpikiran seperti itu ya maka tak heran jika sekarang kebanyakan guru itu bukan guru. Bukankah Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa belajar itu sepenjang hayat. Guru juga harus belajar. Berikut ulasan belajar menurut hemat penulis:
Belajar memahami kebutuhan peserta didik. Masing-masing individu itu unik. Maka kebutuhan tiap peserta didik pastilah berbeda. Disinilah guru belajar memahami peserta didiknya. Peran guru sangat sentral dalam kelas. Memahami anak dengan kebutuhannya membuat guru belajar bagaimana memberikan cara/metode/strategi pembelajaran kepada peserta didiknya. Tujuannya agar semua peserta didiknya mengerti akan pembelajaran yang diberikan sang guru.
Belajar mendengar. Guru tidak hanya sekedar bicara didepan kelas saja kemudian peserta didik mendengar. Guru juga belajar mendengar keinginan/keluhan/cerita sang anak. Dunia anak beda dengan dunia orang dewasa. Guru dituntut untuk bisa memasuki dunia anak. Gunanya untuk menyayangi dengan tulus pada siswannya.
Belajar melawan keterbatasan. Segala keterbatasan tidak ada kata lain selain “LAWAN”. Dalam keterbatasan guru memutar otak untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Bahkan dengan keterbatasan akan muncul kreativitas dalam guru tersebut. Memanfaatkan sumberdaya disekitar untuk proses pembelajaran, sumber pembelajaran dan memunculkan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Kondisi keterbatasan tersebut membuat guru belajar. Menjadi manusia pembelajar sejati dan bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan peserta didik dalam serba-serbi keterbatasan.
Belajar mengenal laju perkembangan zaman. Guru tidak harus “kudet” istilah anak sekarang. Kurang update. Kekinian guru harus bisa menguasai teknologi. Perkembangan proses iptek yang pesat mempunyai pengaruh besar terhadap konsep, teknik dan metode pendidikan. Perkembangan tersebut menyebabkan makin luas, dalam, dan kompleksnya ilmu pengetahuan Untuk hal itu guru harus bisa belajar menguasai teknologi. Memperbaharui informasi dan menguasai media pembelajaran berbasis teknologi.
“Kebanyakan guru itu bukan guru. Mungkin begitu. Tapi siapa pun kami, apa pun alasan kami menjadi guru, sesudah bergaul dengan murid-murid, kami juga akan menjadi guru perlahan-lahan. Guru yang mengajar dan belajar. Itu sudah otomatis”.