Gagal Paham (Saya) tentang Literasi


Beberapa waktu lalu saya coba menuliskan tentang literasi di platform jurnalismemsi.id (baca: ketika menulis dianggap tidak baik; aktivitas membaca sebagai budaya tanding, dan; pseudo-literasi). Di dalam tulisan tersebut sengaja saya tekankan literasi condong kepada aktivitas membaca dan menulis. Kekeliruan saya sekarang terjawab ketika membaca sebuah artikel dari Fatma Puri Sayekti yang diterbitkan Guru Belajar Edisi I tahun ke Empat, 31 Januari 2019 dengan judul “Literasi Itu Perkara Isi Kepala Bukan Isi Buku”. Dikatakan di sana bahwa literasi tidak melulu membaca dan menulis. Lha kok bisa? Lebih lanjut Fatma katakan jika literasi itu soal mendayagunakan pikiran dalam menghadapai hal-hal sekitar.

Kok jadi pusing gini? Bagaimana maksudnya gaes?

Jadi begini gaes, sejatinya tujuan dari literasi adalah menjadikan individu untuk cakap (kemampuan/keterampilan) meningkatkan taraf hidup dalam konteks beragam sesuai kebutuhan individu. Taraf hidup di sini bukan menjadi kaya ya gaes (kalo kaya ya jadi pengusaha), tapi lebih kepada kebermaknaan hidup (meaningfull life). Untuk menjadi cakap seseorang mesti mendayagunakan pikirannya guna meningkatkan taraf hidup.

Masih pusing?

Oke, sederhananya gaes literasi merupakan proses menerima informasi, mencerna, membuat gagasan, hingga mencipta karya nyata, itulah literasi. Kita analogikan begini “Pedagang perlu literasi agar tidak tertipu dan bisa menaikkan laba bisnis. Petani perlu literasi agar hasil panennya melimpah dengan biaya efisien. Remaja perlu literasi dalam bermedia sosial, agar mampu memilah dan menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain. Orangtua perlu literasi agar bisa memutuskan apakah lebih menguntungkan membeli rumah dan sepeda motor secara tunai atau kredit. Guru perlu literasi untuk lebih sistematis dalam membuat rencana pembelajaran, aksi, hingga evaluasi belajar. Siswa perlu literasi untuk mengembangkan daya nalar, berpikir kritis, serta mengambil keputusan hidup dengan benar, dan seterusnya.”

Welah dalah sebegitu luasnya perkembangan cakupan literasi saat ini.

Memang luas, namanya ilmu selalu bergerak dinamis.

Seperti rukun iman pada agama islam yang jumlahnya enam, Gerakan Literasi Nasional (GLN) pun membagi literasi menjadi enam pilar, diantaranya; (1) baca tulis; (2) numerasi; (3) sains; (4) digital; (5) finansial, dan; (6) budaya & kewarganegaraan. GLN yakin bahwa enam pilar literasi tersebut mampu mendorong iman ke-literasi-an masyarakat Indonesia menjadi literate (orang yang belajar) dan pada akhirnya menemukan kebermaknaan tentang bagaimana manusia berpikir soal angka-angka, membaca tanda alam akan terjadinya fenomena, melestarikan kebudayaan nenek moyang, menggunakan teknologi informasi, merencanakan keuangan, hingga menyikapi politik bangsa, dan lainnya. Kita patut mengapresiasi langkah GLN tersebut.

Saya pribadi mengakui adanya gagal paham memaknai literasi. Sejauh saya ketahui sebelumnya bahwa literasi adalah membaca dan menulis, barulah kekinian sadar bahwa konsep literasi ternyata jauh dari itu. Tentu literasi tidak bisa diterapkan secara serampangan, melainkan tetap butuh pijakan dan naungan yang kuat. Layaknya tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang memerlukan pijakan dan naungan. Pijakannya berupa tanah yang mengandung unsur hara dan mineral cukup, serta naungan yang rindang agar terhindar dari paparan cahaya matahari langsung (intensitas lama pencahayaan dapat mengakibatkan permulaan tanaman bisa layu, kering, dan mati).

Lho sampean ini gemana sih. Nulis literasi kok larinya ke tanaman. Jangan disamain dong literasi dengan tanaman. Ngawur.

Saya belum selesai jelasin kok sudah dikata-katain ngawur. Ini usaha ijtihad kecil-kecillan saya tentang literasi. Mbok saya selesaikan dulu baru dikomentari.

Yo wes monggo dilanjutin.

Literasi untuk dapat tumbuh dan berkembang perlu pijakan dan naungan. Pijakan dan naungan itu ada pada masyarakat, keluarga, dan sekolah. Peran masyarakat, keluarga, dan sekolah tersebut sangat vital bahkan dianggap sebagai polinator (penyerbuk) yang membantu membuahkan literasi menjadi literate yang sejati.

Pekanbaru, 18 Agustus 2019

(Dikunjungi : 398 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
0
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
1
Sangat Suka

Komentar Anda

Share