Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar kembali melakukan pembekalan terhadap 100 calon guru untuk pendidikan anak-anak Indonesia yang akan ditempatkan di Sabah, Malaysia. Pembekalan dilaksanakan dari tanggal 22-24 Mei 2018 di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta. Guru-guru yang direncanakan akan diberangkatkan pada Agustus mendatang tersebut diberikan materi pembekalan seperti cross culture understanding atau penguatan nilai-nilai nasionalisme, motivasi dan peningkatan karir guru, pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), pembelajaran kelas rangkap serta pemberian gambaran umum CLC.
Pengiriman guru ke Malaysia ini merupakan upaya konsen pemerintah yang sudah dilaksanakan semenjak tahun 2006 dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan dasar bagi anak-anak Buruh Migran Indonesia (BMI) yang berada di Malaysia, karena pada kenyataannya anak-anak buruh migran yang bekerja di sektor perkebunan sawit di Sabah menghadapi kesulitan dalam memperoleh pendidikan. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 31 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan di manapun mereka berada, baik yang tinggal di dalam wilayah NKRI maupun di luar NKRI, maka berdasarkan hasil Joint Working Group Meeting ke-4 antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia yang dilaksanakan di Langkawi, upaya pemerintah Indonesia untuk mengirimkan guru bagi anak-anak BMI diizinkan oleh pemerintah Malaysia.
Dalam sambutannya, Hamid Muhammad, Ph.D, Plt. Direktur Jenderal GTK Kemendikbud menyematkan tiga pesan dasar, yaitu pastikan mereka bisa literasi dasar (calistung), didik mereka dengan karakter Indonesia, rekat dengan nasionalisme agar mereka tidak hilang. Pesan ini diberikan sebagai pegangan bagi guru-guru yang nantinya akan bertugas di pusat kegiatan belajar (Comunity Learning Center) yang terdiri dari Lembaga Swadaya dan Pusat Belajar Humana tersebut.
Drs. Dadang Hermawan, M.Ed selaku koordinator penguhubung turut membekali 100 guru yang dijaring lewat seleksi ketat yang dilaksanakan di 4 LPTK tersebut dengan moral value dan motivasi mendidik, yang menurutnya harus didasarkan pada niat, faith, belief positif thinking, capability, out of box, sebab perbaikan kualitas sebuah bangsa hanya bisa diperbaiki melalui pendidikan dan kuncinya ada di pundak guru. Guru-guru yang sudah disiapkan untuk menghadapi tantangan ini akan menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam melayani dan memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak. Lewat misi education for all, maka muara dari program ini hanya ada dua, yaitu membawa anak-anak kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya (setelah mengenyam pendidikan dasar di Sabah) atau tetap di Malaysia namun bukan lagi sebagai pekerja.
Sebagian besar guru yang akan dikirim ke Sabah adalah alumni SM-3T yang sebelumnya juga sudah pernah mengabdi atas alasan pemerataan pendidikan. Maka dapat dikatakan bahwa selesai SM-3T bukan berarti selesai berjuang, melainkan sebuah isyarat untuk menuju gerbang dan ruang yang lebih lapang. Akses pendidikan yang tidak merata bukan hanya permasalahan dari Sabang hingga Merauke saja, namun di Malaysia bagian Timur, ada 53000 garuda muda yang sedang menunggu bakti pendidik bangsa. Salam maju bersama mencerdaskan (anak-anak) Indonesia!