Kopi yang kuseduh saat petang biasanya dapat kunikmati secara perlahan, menghirup aromanya hingga menyeruputnya, tapi kali ini ada yang sedikit berbeda, sebab kala anak-anak ladang datang ke rumah yang ternyata mereka telah kujanji untuk kuceritakan Indonesia dan keindahannya selepas pulang sekolah, juga kujanji bahwa mereka dapat membaca beberapa buku yang sengaja kubawa dari Indonesia.
Mungkin karena rasa penasaran akibat janjiku di sekolah, sehingga menarik mereka datang ke rumah, ditambah lagi untuk pertama kalinya guru bina dari Indonesia tinggal dan mengajar di CLC Ladang Tamaco.
Dari radius puluhan meter suara mereka sudah terdengar nyaring dan sangat ribut, sangat khas sekali seperti teriakan ketakutan akibat gonggongan anjing yang setiap saat berpatroli di sekitaran rumahku. Akupun membantu mereka mengusir anjing tersebut dan memanggil mereka masuk ke rumah.
Di rumah mereka diam dan tahu betul tata krama bertamu. Pelan-pelan mereka meminta izin untuk membaca buku yang memang telah kusediakan. Boleh dikata suasana rumah kelihatan ramai tapi tak ada suara. Barangkali baru pertama kali dapat buku bacaan di luar buku pelajaran mereka.
Aktivitas ini berangsur-angsur menjadi rutinitas utama di sela-sela waktu petang kami, sesekali kami nonton film tentang pendidikan anak Indonesia. Antusias mereka mulai terbangun hingga suatu ketika di sekolah kami terlibat berdiskusi
“Pak…!!!”
“Iya Nak, ada apa?”
“Sumatera itu bukan Indonesia kan pak? Hanya Sulawesi saja kan Indonesia?”
Sontak saya terkejut dan menjawab “Sumatera itu salah satu pulau bagian dari Indonesia Nak” sembari dari itu saya membuka peta dan menunjukkan “Inilah Indonesia, di mana Sulawesi, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua dan pulau-pulau lainnya tergabung menjadi satu dalam sebuah negara yakni Indonesia”
Pelan-pelan mereka meninggakan bangkunya dan mendekat.
Kujelaskan lebih lanjut “Inilah tanah yang akan membawamu kelak meraih harapan-harapan besarmu, tanah yang akan menjagamu dari setiap ancaman mana pun. Tanah ini bukan sembarang tanah, sebab telah diperjuangkan dengan darah oleh pahlawan-pahlawan kita”
Mata mereka mulai menyoroti secara teliti ke setiap pulau-pulau Indonesia. Telunjuk mereka tak mau diam dan mendarat pada setiap pulaunya, ada yg menunjuk kampung halamannya, ada yang bertanya nama pulau, bahkan ada juga dengan wajah polosnya kebingungan.
Rasa ingin tahu mereka tentang Indonesia mulai terkonstruk hingga ada satu anak yang langsung berkata “Aku mau jadi tentara supaya dapat menjaga Indonesia dan seluruh rakyatnya.” Semoga kelak apa yang kamu cita-citakan dapat terwujud wahai anak-anak didikku, sebab secara tak sadar kamu telah membangkitkan sebuah nilai dan kekuatan yang nantinya akan menjadi pondasi penguat dari setiap realita mimpimu