Lonceng sekolah telah di toki (pukul). Artinya pelajaran di sekolah pagi itu siap dimulai. Kerumunan siswa telah berbaris dengan rapi. Ibu guru Ratna bersiap memberi ilmu pasti. Dengan semangat, Ratna berjalan melewati koridor sekolah. Ratna mengamati setiap barisan siswa. Ada pemandangan seperti tidak biasanya pagi itu tatkala Ratna melihat wajah siswanya tampak kusut. Tidak bersemangat. Pandangan mereka seperti menyiratkan ada sesuatu yang dirasa hilang. Satu persatu kepala siswa tertunduk ke bawah ketika melihat wajah ibu guru Ratna. Mereka layu. Mereka tak kuasa menahan kesedihan. Tak dinyana isak tangis siswa keluar. Tangis pecah; tangis merembet dari satu siswa ke siswa lainnya. Isak haru menyelimuti seluruh hati siswa. Siswa tahu sebentar lagi ibu guru mereka akan pergi dari sekolah. Pergi meninggalkan Piramid. Pergi meninggalkan tanah Baliem. Ibu guru Ratna akan kembali ke kampung halaman. Masih sesenggukan salah seorang siswa mendekati ibu guru Ratna “Ibu guru, ko disini sudah. Tra usah kasih tinggal kami. Dorang semua senang dikasih ajar ibu. Disini sudah!” Ratna tak bisa berkata apa-apa ia pun larut dalam kesedihan. Dipeluknya siswa tadi erat-erat. Tetes air mata Ratna jatuh. Hatinya luruh. Cintanya teramat penuh.
Tidak hanya Ratna yang mengalami kejadian di atas. Rianda dan guru-guru SM-3T Jayawijaya lainnya pun mengalami hal serupa. Sebelum hari penjemputan tiba, siswa-siswa di sekolah apabila melihat wajah gurunya itu akan spontan menutupi wajah dengan telapak tangan. Bersedih dan berujung pada tangis. Tangis haru. Tangis kehilangan sebab akan mengalami perpisahan. Perpisahan selalu menumbulkan rasa sedih dan ketidaknyamanan dengan diiringi air mata. Hati mengharu biru.
Rabu, 19 Agustus 2015 bertempat di ruang aula bupati digelar acara perpisahan guru SM-3T dengan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya. Dalam sambutannya, Pak Wempi Wetipo, SH., MH selaku Bupati Jayawijaya mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada guru-guru SM-3T yang telah memberikan suatu hal pembeda dalam pendidikan di tanah Baliem. Diterangkan oleh Bupati bahwa hal pembeda tersebut adalah kreativitas dan pemelajar di dalam ekosistem keterbatasan 3T. Keterbatasan akan memunculkan kreativitas di dalam memanfaatkan sumberdaya disekitar untuk proses pembelajaran dan memunculkan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Kondisi keterbatasan tersebut juga membuat guru menjadi seorang pemelajar. Menjadi manusia pemelajar sejati dan bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan peserta didik dalam serba-serbi keterbatasan. “Satu tahun sudah bapak ibu guru hadir di tanah Baliem memberikan pelayanan kepada anak didik kami. Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan,” tutur Bupati “ harapannya ke depan semangat juang pengabdian guru-guru SM-3T tidak padam dimanapun berada nantinya apakah di daerah 3T atau tidak 3T. Terakhir Bupati menambahkan ”apa yang sejatinya kita miliki adalah apa yang secara tulus tak berhenti kita bagi.”
Usai Bupati memberikan sambutan giliran Rianda diberikan kesempatan berdiri di depan tamu undangan dan berbicara. “Apa arti sebuah perpisahan?” Rianda memulai dengan pertanyaan. “Kita bertemu untuk sebuah pelajaran dan berpisah juga menyisakan pelajaran, sembari mengatakan bahwa hidup ini memang berharga. Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap perpisahan pasti menyisakan kebersamaan dan kerinduan yang mendalam. Tidak ada kalimat yang pantas di ucapkan untuk perpisahan ini, karena perpisahan ini terlalu manis untuk kami guru-guru SM-3T Jayawijaya,” sambung Rianda. Akhir kata Rianda mencoba memberikan semangat kepada rekan-rekannya dengan berkata “setiap akhir akan menciptakan awal, begitu juga dengan perpisahan. Perpisahan adalah awal untuk melanjutkan *kehidupan.”
Pekanbaru, 08 Maret 2019
*Mereka (guru SM-3T) selanjutnya akan memulai awal kehidupan baru di iklim akademis dalam Program Profesi Guru (PPG). Tahun 2016 sebanyak 2404 guru SM-3T dengan 23 jurusan program studi akan tersebar di 23 Kampus, 9 kota (Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Surakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Bali, Kupang, Pontianak, Samarinda, Makassar, Gorontalo, dan Manado) selama satu tahun ke depan mereka akan ditempa untuk sampai pada akhirnya menjadi guru profesional. Kemudian hari alumni PPG SM-3T adalah guru masa depan Indonesia. Generasi Maju Bersama Mencerdasakan Indonesia.