Rendahnya tingkat kesadaran akan pendidikan rasanya bukan hanya kami yang merasakan permasalahan tersebut. Hampir di sepanjang utara Sampang merasakan hal yang sama. Tidak heran jika dari 27 siswa yang tercantum di daftar hadir hanya 8-15 siswa yang terlihat di kelas. Banyak penyebab yang menjadi alasan siswa tidak masuk sekolah. Sakit (sekadar tidak enak badan pun termasuk sakit), izin keperluan keluarga (hanya menjaga rumah saja), puasa sunnah, dan lain-lain.
Kondisi siswa yang belajar di dua instansi pendidikan membuat siswa tidak fokus dalam belajar. Pagi hari sekolah formal sedangkan sore hari hingga malam hari di madrasah. Tidak ada yang salah dari menuntut ilmu, yang salah adalah tidak seimbang dari keduanya. Sering kali madrasah menjadi alasan utama anak-anak tidak masuk, tidur di kelas, izin ada kegiatan dan lain sebagainya. Jatuhnya nilai siswa sudah menjadi keniscayaan di depan mata.
Bagi anak-anak, tujuan sekolah sekadar mendapatkan ijazah. Menjalani proses sekolah dengan maksimal itu urusan belakang yang penting ujian sekolah masuk. Remidi atau tidak sudah bukan masalah toh pasti naik kelas karena jumlah siswa tidak banyak. Konsekuensi dari semuanya adalah rendahnya tingkat pekerjaan yang dimiliki lulusan siswa.
Merombak pola pikir tersebut tidaklah mudah. Bahkan berbahasa Indonsia mereka masihlah sulit. Tingkat pembelajaran matematika dalam hal pembagian jumlah ratusan masih banyak kesalahan. Berbagai strategi pendidikan menyenangkan harus benar-benar dilakukan. Setidaknya anak-anak mau untuk datang ke sekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Kami dari GGD mulai menginisiasi perubahan akan hal itu. Perlahan demi perlahan mulai dari acara rujakan, duduk melingkar bersama memecahkan masalah, hingga berlatih menjadi petugas upacara kami lakukan untuk membuat siswa-siswa merasa nyaman berada di sekolah.
Termasuk pada kegiatan Hari Pendidikan Nasional di SMKN 1 Robatal yang dirayakan dengan melaksanakan lomba pembacaan puisi. Puisi terdiri dari 1 puisi wajib karya Sanusi Pane dengat Judul ‘Teratai’ dan 1 puisi bebas kita mengambil dari puisi Sapardi Djoko Darmono ‘Hujan Di Bulan Juni’. Bagi saya acara itu sangat istimewa, karena semua siswa hadir dan memberi semangat kepada teman-temannya. Tiga orang peserta dari kelas kami membuat kami bersemangat untuk mendapatkan juara. Puji Syukur pada Allaah sebab juara 3 kami dapatkan. Lebih spesial lagi bisa foto bersama dengan siswa 1 kelas. Bagi orang lain itu biasa, bagi saya itu luar biasa karena mereka sudah mulai nyaman ada di sekolah.