Rekayasa Perangkat Lunak yang selanjutnya disebut RPL adalah sebuah jurusan di bawah naungan program keahlian Teknik Informatika. Pembelajaran dimulai dengan penataan logika dengan Sistem komputer dan Algoritma pemrograman. Pembelajaran RPL memang dirasakan cukup berat mengingat antusiasme sekolah di Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang cukup rendah. Bukan hal yang aneh ketika siswa usia SMK/SMA masih kesulitan untuk pembelajaran aljabar sederhana SMP. Keinginan sekolah bagi mereka sekadar mencari teman.
Ketika musim panen padi atau tembakau banyak siswa yang izin karena membantu orang tua panen. Saat memasuki bulan rajab, ada siswa yang lantas menjadikan puasa sebagai alasan untuk tidak masuk kelas. Banyak alasan untuk tidak masuk bahkan pulang di awal. Kegiatan madrasah juga merupakan alasan yang paling sering digunakan untuk izin. Menikah dini juga sering dijadikan alasan siswa putus sekolah sebelum lulus dan masih dibawah umur. Ketika sudah ada KTP ditangan, maka berbondong-bondong membuat pasport untuk berangkat ke luar negeri sebagai TKI/TKW baik secara ilegal maupun legal. Keinginan untuk belajar masih cukup rendah di wilayah ini dikarenakan belum ada rule model yang baik di masyarakat
Hambatan bagi orang lain, tapi tantangan bagi kami Guru Garis Depan. Menata kembali mindset siswa, menunjukkan jika masih banyak pekerjaan yang bisa didapatkan jika kompetensi RPL dikuasai. Software engineering banyak dibuka lowongan tidak memerlukan titel kuliah, namun cukup dengan kompetensi seahlian yang dimiliki semisal Java, PHP framework, andorid, dan lain-lain.
Kisah kami dalam mengubah mindset penuh warna dan suka duka. Reward dan punishment berlaku demi mendisiplinkan siswa dan membuat siswa “pingin” sekolah bukan sekadar dapat teman saja. Mulai dari hukuman olah raga bersama, hingga dilarang masuk kelas sebelum tugas sebelumnya selesai. Banyak siswa yang awalnya lantas marah dan tidak nyaman, namun di luar kelas pendekatan personal tetap dilakukan, bertanya gimana kabar orang tua, kerja apa orang tua, dan hal sederhana lainnya yang membuat siswa nyaman. Belum genap 1 tahun kami mengabdi, namun kebersamaan dengan mereka seperti sudah terjalin lama. “Bu awas kangen saya kalau saya lulus” dan entah mengapa hati saya terasa tersentuh mendengar ucapan dari siswa tersebut
Banyak bisikan melemahkan dari rekan guru lainnya “GGD itu bagusnya hanya diawal, nanti pasti ikut arus juga.” Kami tidak ingin membuat pembuktian kepada siapapun, kecuali pada diri kami dan Tuhan, bahwa apa yang kami lakukan bisa bermanfaat bagi bangsa dan sesama. Sesederhana cita-cita kami membangun martabat masyarakat Robatal, Sampang dari generasi muda untuk terus berkembang dan sukses bukan sebagai TKI maupun TKW, tapi sebagai tenaga ahli.