Mencontoh pun Butuh Latihan


Seperti biasanya, menjadi Guru Garis Depan itu harus selalu siap untuk masuk di kelas manapun jika ada guru yang berhalangan hadir. Ada banyak keadaan yang harus segera saya atasi di samping belum terbiasanya mengajar tematik SD agar bisa bersosialisasi dengan baik di sini. Dengan tetap mengedepankan profesionalitas, kita dituntut untuk selalu belajar. Ada atau tidak tuntutan tugas layaknya siswa, kita harus tetap belajar. Juga harus pandai mengatur waktu untuk produktif.

Belajar mencontoh gambar yang ada di buku

Hari ini, saya kembali masuk di kelas yang gurunya tidak masuk. Kelas 4. Kebetulan pelajaran hari itu tematik. Temanya adalah tentang peduli terhadap makhluk hidup dan masuk pembelajaran 4. Di dalam pembelajaran itu, fokus pembelajarannya adalah matematika, PPKN dan Bahasa Indonesia.  Sebelum mengerjakan tugas, siswa diminta untuk membaca. Setelah membaca, siswa diminta untuk mengerjakan latihan tentang cerita Harimau yang masuk ke desa.

Pertanyaan demi pertanyaan siswa diskusikan dengan sangat antusias. Saya pun antusias menceritakan kembali cerita di dalam buku itu dengan versi layaknya orang mendongeng. Setelah itu, siswa diminta untuk mengerjakan identifikasi penyebab dan akibat yang terjadi dari cerita tadi ke dalam bentuk kolom yang sudah disediakan contoh gambarnya. Saya meminta siswa untuk membuat kolom dan menggambar seperti di dalam buku.

Saya begitu terpana, pembelajaran kali ini menjadi menarik bagi saya. Bahkan, untuk mencontoh bentuk gambar di dalam buku pun, siswa masih kesusahan. Saya akhirnya mengambil kesimpulan bahwa yang kita anggap mudah, tidak mudah bagi siswa. Mereka butuh kerja keras untuk membuat gambar dengan maksud yang sama. Saya pun berusaha menyederhanakan pikiran saya selayaknya mereka belajar.

Ada anak yang memang bisa mencontoh dengan baik. Ada anak yang kesusahan dalam menggambar. Tapi itu semua coba saya terapkan. Meskipun mereka kesusahan, mereka harus tetap membuatnya dengan kemampuannya sendiri. Mereka harus percaya diri dengan apa yang mereka buat karena berkali saya katakan bahwa mereka harus berusaha sendiri terlebih dahulu dan terus memaksakan diri untuk belajar lebih keras. Setiap kali mereka telah berusaha, saya berusaha pula untuk memberikan nilai dan penghargaan atas pekerjaan mereka. Cukup dengan mengumumkan di dalam kelas bahwa pekerjaan siswa A sangat baik, pekerjaan siswa B sangat bagus, dan lain-lain.

Saya juga mengambil kesimpulan lain, setiap kali kita tidak bisa, kita harus berusaha, kita harus melatih diri. Maka setiap kita melatih diri, setidaknya akan ada perubahan meski dalam hitungan hampir tak terlihat. Itulah betapa pentingnya kita menghargai setiap yang kita lakukan. Kalau bukan kita yang menghargainya, siapa yang akan menghargainya? Bahkan, mencontoh pun butuh latihan yang serius agar yang kita contoh bisa sempurna atau setidaknya mendekati dengan yang kita contoh.

Korelasi mencontoh dengan karakter

Seperti mencontoh gambar yang ada di buku, mencontoh pun berlaku pada sikap, kebiasaan dan karakter. Jika kita memberikan sebuah contoh, maka siswa yang cenderung masih dini ini, akan mencontoh mentah-mentah apa yang kita contohkan. Jika contoh itu buruk, maka buruk pula yang akan ditirunya. Jika contoh itu baik, maka baik pula yang ditirunya.

Contoh buruk yang diberikan dan diterapkan terus menerus, akan mewujud kebiasaan buruk dan kemudian menjadi karakter yang buruk. Dosalah yang akan mengalir pada keduanya. Jika contoh baik yang diberikan kemudian diterapkan terus menerus, ia akan mewujud kebiasaan baik dan kelamaan akan menjadi karakter yang baik. Insyaallah, mudah-mudahan menjadi amal jariyah yang akan mengalir sepanjang masa.

Sebagaimana dikutip dari buku Eri Sadewo berjudul Best Practice Character Building, Menuju Indonesia lebih baik. Karakter menurut beliau merupakan kumpulan dari tingkah laku baik dari seorang anak manusia. Karakter adalah bagian dari attitude yang baik, berbeda dengan ‘tabiat’ yang termasuk jenis attitude yang buruk.

Karenanya, marilah kita sebagai guru mencontohkan hal-hal baik kepada siswa kita. Ketika kita hendak mengajarkan bagaimana bersikap sopan, maka kita pun harus sopan kepada siswa dengan tidak berkata kasar kepada mereka. Ketika kita hendak mengajarkan optimis dalam meraih masa depan, kita pun harus terlebih dahulu optimis dalam mengajar. Mari kita berikan kepercayaan kepada siswa kita bahwa mereka bisa. Begitupun dengan kita. Marilah kita contoh hal-hal positif dan baik dari lingkungan sekitar kita. Apakah itu dari guru-guru yang telah lebih dahulu mengajar dan tak menutup kemungkinan hal-hal positif yang datangnya dari siswa kita. SELAMAT HARI GURU!

Tanjung Batu, Karimun,

22-27 November 2017

(Dikunjungi : 399 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
0
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
4
Sangat Suka

Komentar Anda

Share