Gerakan Literasi oleh Anang Dermawan, pengabdi GGD 1 bersama Istri di daerah Buraga, Alor, NTT
Guru merupakan profesi dengan beragam kemampuan yang tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga harus memberikan keteladanan pada anak bangsa, serta berbagai kemampuan yang sanggup diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keberadaan seorang guru dalam kehidupan sosial haruslah menjadi sosok penggerak perubahan terutama dalam membudayakan gerakan literasi, termasuk menggiatkan minat membaca. Karena ilmu akan hadir pada siapapun yang mempunyai minat baca tinggi
Keberadaan lingkungan Desa Buraga Kec. Alor Barat Daya yang sangat jauh dari akses perkotaan, dimana untuk sampai di Desa Buraga harus melewati 8 sungai bila ditempuh dengan kendaraan darat serta menggunakan perahu motor sejauh kurang lebih 5 jam. Kondisi geografis seperti ini tentunya berakibat pada kebiasaan membaca yang sangat rendah karena sarana prasarana berupa buku bacaan yang minim. Menyikapi hal tersebut, kami berupaya membuat terobosan dengan membuat sebuah Taman Baca Masyarakat (TBM). Ide pembuatan TBM ini sudah lama kami rencanakan bahkan sejak tahun 2015 dimana kami mulai mengumpulkan buku-buku yang bekerjasama dengan anak-anak sekolah di Jawa dan Jogja yang tergabung dalam ‘Garapan Bangsa’, hasilnya sangat luar biasa, dimana buku terkumpul banyak sekali sekitar 2 kuintal. Menjadi sebuah pemikiran kami berikutnya tentang pengiriman buku-buku tersebut sampai di Alor khususnya Desa Buraga.
Berbagai upaya telah kami lakukan termasuk kerjasama dengan beberapa instansi sekolah ataupun kawan-kawan guru, namun belum menemukan hasil yang terbaik terkait pengiriman buku-buku tersebut. Ada pepatah mengatakan “dimana ada kemauan di situlah ada jalan”, tahun 2017 setelah agak lama, kami juga mulai mengadakan program baru di Desa Buraga yaitu Pemberian Les Gratis bagi siswa. Kami mengadakan les dari tingkat SD, SMP, dan SMA, program ini berterima baik oleh masyarakat, sampai akhirnya bertemulah kami dengan seorang dokter yang mendapat tugas di Desa Buraga, bernama dr. Andreas S. Haloho dan juga seorang guru yang mengajar di SMK N Kokar bernama Abdul Djou. Bersama mereka, kami mulai mewujudkan gerakan literasi terkait gagasan taman baca sebelumnya, dengan mekanisme pengiriman buku gratis bekerjasama dengan Kemendikbud, Kantor Pos, serta buku bagi NTT, maka akhirnya taman baca kami dapat berdiri dengan nama ‘’Jambu Pustaka Alor’. Hasilnya sungguh menggembirakan, dimana selain buku-buku yang selama ini kami simpan di Jawa dapat dikirim secara gratis via Kantor Pos, Jambu Pustaka Alor juga mendapat bantuan buku-buku secara gratis setiap bulan dari Kemendikbud dan juga buku bagi NTT, sungguh anugerah terindah bagi anak-anak bangsa dan juga masyarakat desa Buraga
‘Jambu Pustaka Alor’ mempunyai makna yaitu Jam Membaca Buku di Perpustakaan Alor, dan saat ini masih perlu banyak pembenahan yang harus kami lakukan. Sebagai dasar dalam membuat perpustakaan, maka sarana dan prasarana harus memadai, kendala kami salah satunya pada rak buku karena saat ini masih mengunakan meja saja. Untuk ruang dan tempatnya, kami gunakan kediaman kami sendiri yaitu sebuah rumah di Desa Holel, dimana buku-buku kami sediakan di ruangan depan rumah, sehingga siswa ataupun masyarakat yang akan membaca dapat mengambil buku dan membaca di bawah pohon Jambu. Untuk waktu dalam membaca, kami sediakan pada pukul 14.00-17.00 WIT, dimana momentum ini juga kami gunakan untuk memberi les gratis bagi siswa.
Banyak hal yang harus kami benahi ke depannya, karena Jambu Pustaka Alor adalah program panjang yang membutuhkan mekanisme berkesinambungan dan sarana prasarana yang menunjang, tapi lebih penting dari itu semua yaitu semangat kita sebagai guru untuk tetap mencerdasakan anak bangsa walau dengan segala keterbatasan