Kuputuskan menulis ini, pengalamanku saat bangku kuliah PPG SM-3T di Universitas Negeri Jakarta. Anggap saja aku sebagai pemain sepakbola yang memainkan turnamen ini dalam lika-likunya.
Kali ini kita fokus saja ke bagian UTN, tidak serta merta melupakan babak lainnya. Satu tahun itu perjalanan yang panjang, jika kita lelah dan tidak menikmati perjalanan itu sendiri. Kita lansung kalah telak dari awal turnamen. Sebaliknya ini terasa singkat bila kita mampu menyiasati dengan berbagai kegiatan efektif di lingkungan asrama dengan rekan-rekan alumni SM-3T lainnya.
Asrama mahasiswa PPG SM-3T UNJ terletak di Jalan Pemuda, nomor 10 Rawamangun, Kampus B FIK UNJ, mempunyai sejuta kisah satu tahunnya, hidup dengan orang seluruh Indonesia, adalah kenyataan yang terbentang dengan jelas. Bagaimana aku bisa melupakan itu. Tidak…tidak teman-teman PPG selalu kukenal, melengkapi perjuangan PPG aku dan mereka.
Workshop kuibaratkan babak penyisihan grup, kemudian PPL PPG SM-3T kutafsirkan sebagai babak 16 besar, jika PTK kumasukkan ke dalam babak 8 besar, maka seminar PTK, laporan PPL, dan persiapan UTN adalah semifinalnya.
Tepat tanggal 10 Desember 2016, aku bersama kawan-kawan mengikuti UTN PPG SM-3T. Aku melangkah mantap tanpa ada ragu-ragu, yakin bisa setelah berbagai persiapan sebelumnya. Pendalaman materi juga ditemani dosen-dosen terbaik, di samping itu juga kami Laskar Bahasa 4 belajar kelompok di paruh waktu (Laskar Bahasa 4 atau LB 4 sebutan mahasiswa PPG SM-3T UNJ Prodi Bahasa Indonesia generasi ke 4). Usut ke usut nama itu sendiri diserahkan ibunda dosen kami, Ibu Lia Marliana. Pesannya satu, kami generasi ke 4 tidak boleh mengecewakannya, sama dengan 3 generasi sebelum kami (100% Juara).
Petaka itu tidak terjadi tanggal 15 Desember 2016, hari Kamis tapi pindah ke tanggal 16 di waktu subuh. Subuh Jumat kelam bagi sebagiannya, kebahagian bagi sebagian lainnya. Aku kebagian yang mendapatkan kelam, matahari bersembunyi, menandakan waktu yang kurang bersahabat.
Kususun ulang langkahku, kuyakin diri lebih dari sebelumnya. Ini belum berakhir, layaknya permainan sepakbola ini baru babak pertama (Half Time), babak kedua akan dimulai di ujian ulang 1 aku pasti lulus, tidak mungkin tidak, kucerna kembali di mana letak kesulitan ini dalam materi Bahasa Indonesia. Teman-teman Laskar Bahasa 4 selalu menemani, membantu mengarahkan, berbagi tips dengan harapan kami akan lulus di babak kedua (Full Time) atau UTN Ulang 1.
Celaka. Petaka kembali menerpa, gagal lagi di UTN Ulang 1, bagaimana ini? Kok bisa gagal lagi. Ini menimpa aku bersama 5 orang laskar bahasa 4. Kuputuskan menelpon ibuku di Aceh, untuk memberitahukan perjuangan anaknya lanjut ke babak yang tidak menentu. Kutelepon kakakku juga untuk memberitahukan apa yang aku rasa ketika itu. Pahit sekali gagal lagi dan gagal lagi. Satu dua hari aku tidak mau belajar lagi, semangatku hilang.
Kucari celah menelusuri kabar teman-teman seperjuangan SM-3T dulu di Landak, Kalimantan Barat. Ada yang telah memperoleh kabar bahagia ada yang masih berjuang. Aku tidak sendirian. Di sini dan di sana masih ada yang berjuang. Di berbagai LPTK, di berbagai sendi kehidupan.
Hari-hari berlalu, hilangnya nafsu makan sebagai bukti sahih perjalanan harus berlanjut ke UTN Ulang 2 atau babak perpanjangan waktu. Cedera hamstring (sakit) melanda hingga tepar di asrama.
Sembuh, bangkit lagi, belajar kembali. Ini belum berakhir dan takkan berakhir sebelum kita mengakhirinya. Tanggal 7 Januari 2017, akhir perjungan babak tos-tosan (adu penalti) atau UTN ulang 2. Menelusuri gambaran kekuatan lawan, kusiapkan penendang terbaikku. Kumasukkan nama ‘Ronaldo’ ke dalam materi linguistik. Nama ‘Bale’ kusiapkan ke dalam materi sintaksis, dan nama ‘Benzema’ ke dalam materi morfologi.
Apa yang terjadi, tendengan mereka luar biasa, hingga mampu menaklukkan kiper terbaik di dunia dalam diri ‘Manuel Neuer’. Pengumuman tanggal 9 Januari 2017, aku lulus. Laskar Bahasa 4 lulus semua. Alhamdulillah aku bersyukur. Kembali ku beritahukan berita bahagia ini untuk keluarga di Aceh.
Namun ini tidak sepenuhnya membuatku germbira, ada beberapa kawanku yang belum rezeki di tahap ini. Kulihat wajah-wajah yang terpukul, terhentak nasib yang belum waktunya bermekaran layaknya bunga.
20 Januari 2017, wisuda PPG SM-3T UNJ generasi ke 4, hari jumat kembali, tapi ini berbeda sekali hari jumat yang cerah. Kulihat Prof Djaali, Rektor UNJ kala itu, masuk ke ruangan wisuda bersama para wakil rektor, bersama ibu Paristiyanti Nurwardani, Direktur Pembelajaran, Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti
Prosesi acara dimulai, satu persatu dipanggil ke depan, diserahkan bukti sahih. Dimulai dengan PPGT, selanjutnya PLB, kemudian baru kami Bahasa Indonesia. Saya kembali ke tempat duduk dan membuka lembar nilai tersebut, aku kaget kembali, betapa tidak, nilaiku pas di atas passing grade. Satu jawaban salah pasti penenedang terbaikku gagal melaksanakan tugasnya dengan gemilang.
Ini tidak serta merta begini, sungguh ini rezeki dari-Nya, doa-doa orang tua, sahabat hingga jadi begini jalur finalnya. Upaya melulusi predikat guru profesional, ibarat bagiku adalah Liga antar klub Eropa (Liga Champions) telah ditaklukkan. Hidup berjalan pulang ke Aceh. Liga ini telah usai, namum perjuangan sesungguhnya baru dimulai……
Terimakasih Dosen PPG SM-3T UNJ
Terimakasih Laskar Bahasa 4
Terimakasih Kawan seperjuangan.