Eratkan Kebhinnekaan Indonesia di Tengah Gempuran Hegemoni Budaya Asing


Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat semenjak masuknya arus globalisasi. Tak terkecuali teknologi informasi dan media massa. Tanah air Indonesia sebagai salah satu negara paling konsumtif turut menerima dampaknya. Terlepas dari prinsip dasar kemauan ataupun kebutuhan, masyarakat Indonesia pasti akan menggunakan hasil dari teknologi informasi dan media massa tersebut.

Kehadiran globalisasi membuat dunia tak lagi memiliki batasan ruang dan waktu. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat turut mengalami perkembangan. Ada yang berkembang secara positif, ada pula yang negatif. Tak jarang, budaya di suatu kelompok masyarakat secara perlahan mulai mengalami kepudaran sebab muncul kebudayaan baru yang dinilai lebih baik dan menyenangkan. Tumbuh dan berkembangnya perilaku sosial di masyarakat selain mengidentifikasi dirinya sebagai makhluk fleksibel juga menjadi bukti bahwa masyarakat memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap perubahan-perubahan sosial.

Arus globalisasi mengharuskan kita mengikuti tuntutan zaman modern masa kini. Dinamika zaman selalu menyuguhkan sajian hangat, membuat penasaran, kecanduan, dan tak sedikit pandangan tak sedap jika tidak mengikuti arus berputarnya, terlebih bagi kaum “remaja” yang nota bene masih “labil” di tengah pencarian jati dirinya. Berbagai slogan pun muncul di kalangan remaja, seperti “tidak gaul jika tidak mengikuti arus (globalisasi)”, ataupun “tidak modern kalau gaptek” sayangnya mereka hanya berpatokan pada bangsa lain (Barat), hingga budaya sendiri rela digadaikannya.

Yang tak boleh kita lupakan, Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi keberagaman dan perbedaan. Indonesia sangat kaya akan budaya, tradisi dan adat dari berbagai daerah. Berdasarkan data dari pemerintah, Indonesia memiliki 17.000 pulau, 516 kabupaten/kota, 34 provinsi, 700 suku dan 1.100 bahasa lokal. Jika mau ditambah lagi, berdasar data Badan Pusat Statistik tahun 2015, negara kita mempunyai 81.626 desa. Jarak ujung barat hingga ujung timur sejauh lebih kurang 5.000 kilometer, melingkupi kira-kira seperdelapan keliling bumi yang sejauh 40.000 kilometer.

Bila ditelisik lebih jauh berbagai keberagaman yang ada di bumi pertiwi agaknya berakar dari letak geografi Indonesia. Dimana sebanyak 17.000 pulau dipisahkan oleh lautan, sehingga tidak memungkinkan orang yang ada di satu pulau, pada masa itu, karena keterbatasan transportasi, melakukan perjalanan ke pulau lain. Alhasil masing-masing pulau seperti terisolasi dan kemudian mengembangkan bahasa, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, dan budayanya sendiri. Setelah ratusan tahun muncullah berbagai keragaman dalam wujud yang kita lihat sekarang. Namun menyatu dalam satu wilayah, pemerintahan, dan kedaulatan, dan negara Indonesia.

Potret di atas merupakan bukti akan keberagaman Indonesia. Para pendiri republik sadar bahwa bangsa di nusantara ini amat bhineka. Kebhinekaan bukan barang baru. Sejak negara ini belum lahir semua sudah paham. Kebhinekaan di Nusantara adalah fakta, bukan masalah! Para pendiri republik ini berjuang dengan iuran keringat, tenaga, darah bahkan nyawa untuk mendirikan tanah air ini.

Hal inilah yang patut kita jaga dan pertahankan di era globalisasi. Tidak bisa dipungkiri memang, begitu banyak hal positif yang dapat kita semai dari perubahan (teknologi, industri), namun hal negatif pun kerap tak dapat kita hindari akibat dari adanya proses tersebut. Saat ini kita dapat menembus dunia yang tanpa batas dan ruang, mengakses segala informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia dengan cepat, berkomunikasi dengan siapa pun di mana pun dengan efektif, dan berbagai aktivitas lainnya yang serba instan dengan tidak mengesampingkan aktivitas pokok.

Budaya Indonesia dirajut dari kebhinekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, geografis yang sangat unik. Setiap benang membawa warna sendiri. Persimpulannya yang erat menghasilkan kekuatan. Perbedaan tidak boleh menjadi pemisah atau pun sebagai sebuah masalah di negeri ini. Kita harus ingat tanah air ini memiliki budaya gotong royong sebagai sebuah kekayaan. Gotong royong merupakan aktivitas bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia.

Kita mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya. Sikap gotong royong yang dilakukan, di dalamnya terkandung nilai moral yaitu adanya rasa ikhlas untuk berpartisipasi, kebersamaan dan saling membantu antar sesama karena lebih mengutamakan kepentingan bersama yang akan berdampak meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Sifat gotong royong pada dasarnya memiliki tujuan yang sama walau pun di pedesaan sifat gotong royong dan kekeluargaan lebih menonjol dari pada di perkotaan. Bukan hanya itu saja, bentuk gotong royongnya juga berbeda. Gotong royong bisa dikatakan juga menjadi ajang silaturahmi bagi para warga yang melakukan kegiatan tersebut. Adanya gotong royong membantu mengurangi adanya kesenjangan sosial antar warga itu sendiri.

(Dikunjungi : 94 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
3
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
2
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
1
Sangat Suka

Komentar Anda

Share