Kartini yang Tertindas Patriarki


Sebelum kita bincang kebebasan.

Mereka yang kita sebut perempuan,

tunduk pada penguasa

Budaya dan bahasa menjadi penjara.

 

Hanya karena gender, kita melabeli stigma

Mereka harus patuh pada kejantanan

Memoles diri demi memuaskan hasrat.

Perempuan memahami itu,

paham subordinasi dan pemarjinalan

 

Ada yang tertindas tak tersadari.

Dimangsa hegemoni, tertikam oleh dikotomi

Mata dan telinganya dijejali diskriminasi

Atas nama dominasi, lelaki genggam regulasi.

Mungkin tuhan adalah laki-laki.

 

Tiga gelombang perjuang ternyata belum juga merobohkan

Dari tahun 1800an, katanya sudah melawan

lalu kenapa masih banyak telanjang di jalan

 

Katanya tak mau dipinggirkan, rupa-rupa dekonstruksi dilakukan

Bermanuver dari dapur hingga kasur

Lalu mengapa kau masih takluk dengan rayuan

Tubuhmu masih banyak diperjualbelikan

 

Katanya lewat pendidikan semua teratasi

Semenjak era reformasi dialektika tiada henti

Di ruang-ruang perjuang, Kartini dihidupkan kembali

Lalu mengapa kau masih sibuk memerankan partiarki

 

Ini cerita klasik.

Perempuan masih asyik melakoni nasib.

Tentu tak pernah usai, karena lelaki

terkodrati melindungi dan mengayomi.

Perempuan menikmati bahu laki-laki. (*)

 

(Dikunjungi : 122 Kali)

.

Apa Reaksi Anda?

Terganggu Terganggu
0
Terganggu
Terhibur Terhibur
0
Terhibur
Terinspirasi Terinspirasi
0
Terinspirasi
Tidak Peduli Tidak Peduli
0
Tidak Peduli
Sangat Suka Sangat Suka
0
Sangat Suka

Komentar Anda

Share