Ratusan penonton memeriahkan pementasan “Tapak Budaya” yang digagas oleh Biro Kesenian Pendidikan Profesi Guru (PPG) IV UNM. Kegiatan ini mengusung tema Merajut Kebersamaan Melalui Apresiasi Budaya Sebagai Lambang Identitas Bangsa. Kegiatan ini diselenggarakan di Pelataran Rusunawa FIK UNM, Jalan Emmy Saelan III Tidung, Rabu (3/8/2016) lalu dan… dibuka secara resmi oleh Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G), Abdullah Pandang.
“Pementasan seni ini merupakan simbol dari budaya bangsa Indonesia yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Dari kegiatan ini diharapkan output-nya adalah kita mampu menjadi manusia yang berbudaya dengan mengadopsi nilai-nilai tersebut”, ungkap beliau saat menyampaikan sambutannya.
Ketua Biro Kesenian PPG IV UNM, Ayyub Kafiar mengatakan Kegiatan ini memperkenalkan kembali budaya-budaya yang ada di suku Bugis-Makassar khususnya serta memberi kesempatan kepada peserta PPG LPTK UNM yang berasal dari daerah lain yang terdiri dari berbagai etnis untuk memperkenalkan budayanya masing-masing , misalnya yang berasal dari Padang, Medan, Aceh, Gorontalo, NTT, Kalimantan, Jawa dan yang lainnya.
“Harapan kami dengan diadakannya kegiatan Tapak Budaya bisa menjadi wadah dalam menyalurkan kreativitas dalam melestarikan budaya bangsa agar tidak dengan mudah diklaim oleh bangsa lain. Kita perlu menyadari bahwa budaya bangsa Indonesia bukan hanya milik suku tertentu saja tapi milik kita bersama sebagai bangsa Indonesia. Apalagi kita sebagai peserta PPG yang merupakan calon guru profesional diharapkan mampu memperkenalkan budaya kita sendiri kepada anak didik kita”, ungkap Ayyub.
Ada tiga kelompok pementasan yang akan ditampilkan, yaitu tarian daerah, musik daerah dan sastra lama.
Tari Paduppa yang berasal dari suku bugis mengawali pementasan Tapak Budaya. Dahulu tarian ini biasa digunakan untuk menyambut para raja-raja dan pada konteks saat ini digunakan untuk menyambut para tamu kehormatan. Selain itu juga ditampilkan Tari 4 Etnis, Tari Nusantara dan Tari Tebe.
Tari 4 Etnis yang merupakan tarian gabungan yang berasal dari 4 suku di Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Tari Nusantara merupakan kombinasi tarian dari beberapa daerah seperti Selawesi, Kalimantan, Padang dan Kupang sebagai simbol ke-bhinnekaan.
Sedangkan Tari Tebe adalah tarian daerah asal NTT sebagai tari persatuan yang tidak membedakan satu dengan yang lain dan pemainnya saling bersahutan menyampaikan pujian atau kritikan. Selain itu adajuga pemenatasan musik daerah seperti lagu Anging Mamiri khas Makassar, Alusi Au khas Sumatera Utara, Gundul-Gundul Pacul khas Jawa Tengah
Juga lagu khas Papua Yamko Rambe Yamko, menceritakan tentang kesedihan akibat peperangan, Lagu Ayam Den Lapeh khas Sumatera Barat, lagu khas Gorontalo Hulondalo Lipu’u, Mana Lolo Banda, Ie, Oras Loro Maliring (asal NTT), Tana Ogi Wnuaku dan Alosiri Polo Dua asal suku bugis), serta Tenggang-Tenggang Lopi asal Sulawesi Barat.
Sementara dari kelompok sastra antara lain menampilkan teatrikal “Doti Sanro”, santra lisan “Ammakku” , serta drama musikal “Ansambel” yang membawa pesan bahwa jika kita tidak belajar sejak kecil maka akan menyesal di kemudian hari. (*)
SUMBER: http://makassar.tribunnews.com/2016/08/06/mahasiswa-ppg-unm-gelar-tapak-budaya-tampilkan-puluhan-kesenian-nusantara