Sejatinya kita GGD adalah SM-3T, yang tidak hanya berada di ruang-ruang kelas. Tapi kita harus peka dan sensitif melihat kondisi pendidikan dan kemanusiaan sebab kita dibentuk bukan hanya berada di dalam ruangan yang berukuran 5×5 meter. Para kader SM-3T tetap harus selalu siaga untuk turun tangan kepelosok, bergotong royong, kumpul tangan, menyapa, menginspirasi anak-anak pelosok sebab mereka… tabungan masa depan Indonesia.
Walau sempat menjadi bahan pergunjingan, pembicaraan sepihak, memandang sebelah mata, dijatuhkan, disudutkan, dijelek-jelekkan, bahkan sampai pada tataran bahasa “merusak nama baik GGD” kami 51 GGD Sumba Timur tetap fokus pada kerja-kerja nyata secara senyap dan tepat demi menjaga keharmonisan kita para sesama kader SM-3T serta menjaga kemaslahatan bersama para kader SM-3T.
Sabtu, 27 Agustus 2016, GGD Sumba Timur kembali menunjukkan, menumbuh lestarikan Marwah SM-3T. GGD Sumba Timur turun tangan, menyapa dan menginspirasi siswa-siswi SDN Kamaru serta para wali/orang tua murid di Kecamatan Pinu Pahar, Kabupaten Sumba Timur. Pada kegiatan itu selain memotivasi para siswa dan orang tua murid, GGD Sumba Timur membagikan seragam sebanyak 61 pasang seragam sekolah berdasarkan jumlah siswa di sekolah tersebut. Pengadaan seragam tersebut berasal dari hasil gotong royong GGD Sumba Timur (kader SM-3T Indonesia). Pada kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Sekolah SDN Kamaru beserta beberapa guru honor, Penjabat Kepala Desa Ambalangga, Kaur Pendidikan Desa Ambalangga, pengurus Komite, Tokoh Masyarakat serta para orang tua siswa.
SDN Kamaru adalah salah satu sekolah di bagian selatan Sumba Timur, tepatnya didesa persiapan pemekaran Ambalangga. Sekolah tersebut hanya memiliki 1 guru PNS yaitu Kepala Sekolah, dan memiliki 2 ruang kelas sekaligus menjadi kantor, sedangkan rombel yang dimiliki sebanyak 6 rombel dengan jumlah siswa 61 orang (pernahkah Anda membayangkan bagaimana cara mengatasi siswa dengan jumlah kelas yang dimilikinya).
Medan yang dilalui untuk sampai pada sekolah tersebut terbilang tidak ringan butuh waktu kurang lebih 6-7 jam dari kota Waingapu untuk bisa tiba di sekolah tersebut. Dengan kondisi medan yang cukup berat, tanah berlumpur, rawan longsor dan menyeberangi beberapa sungai tanpa jembatan. Meski dengan medan yang tak mudah, kami tetap nekat dengan tekad untuk menemui anak-anak masa depan Indonesia, sekaligus menjaga dan membuktikan bahwa kami tidak sekedar lebih dari mengajar tapi sebagai pemicu lestarinya semangat gotong royong dan kepedulian kepada sesama agar wajah pendidikan Indonesia di pelosok sedikit berubah lebih baik.
“Ya Allah sang penentu segala kebijakan, lancar dan mudahkan lah seluruh pendaftar GGD jilid II untuk bergabung menjadi Aparatur Sipil Negara, agar cita-cita luhur dan niatan kami dalam membangun pendidikan di wilayah pelosok dapat terwujud secara merata dengan cepat dan tepat, serta berikanlah kesehatan dan pemikiran yang lebih para GGD jilid I dalam mengeksekusi segala niatan mereka demi maju bersama mencerdaskan Indonesia, Aamiin “
SUMBER: https://www.facebook.com/eksdemonstran.perantau/posts/1086854538057959