Pendidikan merupakan satu-satunya jalan manusia untuk memperbaharui kehidupannya, baik secara jasmani maupun rohani. Tanpa adanya pendidikan, jelaslah kehidupan manusia akan terbawa pada suasana yang tidak menguntungkan. Pendidikan dapat berjalan dengan optimal jika ada orang dewasa yang sudah berpengalam yang bersedia dan tulus untuk mentransfer berbagai ilmu kepada anak didiknya. Namun tidak cukup dengan hal itu, pendidikan dapat berjalan apabila didukung oleh sarana dan prasana yang memadai dan sumber manusia yang memadai juga. Demikian juga dengan kondisi pendidikan di Desa Duriankari, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat yang notabene daerah yang berada di daerah Perusahan Multinasional yang dapat dikatakan kondisi sekolahnya masih perlu pembenahan yang cukup serius, di antaranya ketersediaan sarana-prasana dan guru yang masih minim. Kekurangan Fasilitas yang dimaksudkan di sini adalah kondisi beberapa ruangan kelas yang kurang layak digunakan. Walaupun demikian, semangat peserta didik untuk tetap ke sekolah tetaplah tinggi, tetapi apalah daya peserta didik selalu hadir ke sekolah setiap hari, hanya saja karena tidak ada guru di beberapa kelas menyebabkan peserta didik hanya bermain di sekolah sehingga peserta didik tidak mendapatkan apa-apa dari sekolah. Oleh karena kondisi sekolah yang hampir setiap hari tidak belajar, tidak dapat dipungkiri masih banyak peserta didik kelas atas yang belum lancar membaca dan menulis.
Syukur kepada Tuhan dengan adanya Program Guru Garis Depan (GGD) 2016 Kemendikbud, saya sebagai salah satu peserta yang ditempatkan di SD Inpres 9 Duriankari Distrik Salawati Selatan, Kabupaten Sorong dapat menambah kegembiraan peserta didik dan masyarakat Desa Duriankari karena Pemerintah Pusat masih peduli dengan daerah 3T yang layak untuk diperjuangkan. Dengan adanya penambahan 1 guru dari GGD 2016 akhirnya dapat meminimalisir kendala di sekolah seperti kekurangan guru untuk kelas atas
Langkah awal yang dilakukan untuk memotivasi peserta didik adalah dengan berkenalan dengan mereka dengan masuk dalam dunia mereka sehingga bisa menambah keakraban guru dengan peserta didik. Walaupun baru beberapa hari di sekolah, respons positif muncul dengan adanya jumlah peserta didik yang masuk sekolah semakin bertambah dengan alasan mereka ada guru baru yang masuk. Dengan bermodalkan kondisi ini, saya sebagai guru kelas bawah dan salah mentor Literasi Unicef melaksanakan pelajaran dengan kelas rangkap, karena ada beberapa kelas yang tidak ada gurunya. Walaupun dalam proses pembelajaran belumlah maksimal, kami tetap melaksanakannya untuk menampung antusiasme peserta didik yang datang sekolah. Untuk menutupi itu saya dan rekan dari UNICEF memberikan pelajaran tambahan pada sore hari bagi peserta didik yang bersedia untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran setingkat usia mereka. Kegiatan ini disambut hangat dan antusias peserta didik untuk mengikuti pelajaran tambahan di Sekolah
Semoga tulisan ini bermanfaat, jika ada kesalahan mohon masukannya. Terima kasih